Jembatan Tak Terlihat: Pekerja Sosial Medis dalam
Pemulihan Relasi Anak-Orang Tua
oleh Budhi Nirmalajati S.Tr.Sos
Derry
— bukan nama sebenarnya — duduk di ruang konseling rumah sakit dengan kepala
tertunduk. Tidak agresif, tidak pula komunikatif. Ia dirujuk ke layanan Pekerja Sosial Medis setelah pemeriksaan menyeluruh menunjukkan kecenderungan menarik
diri, kecanduan gawai, dan indikasi konflik keluarga.
Lebih dari Sekedar Data Sosial
Dalam
sistem pelayanan asuhan terintegrasi, peran Pekerja Sosial Medis tidak hanya
terkait administrasi, jauh lebih luas dan klinis—terutama dalam kasus yang
menyentuh dimensi psikososial dan kesehatan mental. Pekerja Sosial Medis datang
dengan telinga, mata, dan hati yang terlatih untuk menggali kondis psikososial
secara komprehensif.
Derry
adalah anak pertama dari dua bersaudara, berjarak tujuh tahun dari adik
laki-lakinya. Sejak kelahiran adiknya, Derry merasa kasih sayang orang tua
terpusat pada sang adik. Ia mulai menunjukkan perilaku usil terhadap adiknya,
mungkin sebagai bentuk permintaan perhatian yang gagal dipahami. Namun,
bukannya mendapat perhatian dan pengertian, Derry justru kerap dimarahi
ibunya—secara verbal maupun non-verbal.
Saat
menginjak bangku SMP, Ayah bekerja di luar pulau dan membuat ibu merasa
kewalahan untuk mengurus dua anak laki-laki. Derry pun dipaksa untuk tinggal
bersama kakek dan nenek di kota lain. Sejak saat itu, kelekatan emosional
antara Derry dan orang tuanya perlahan menguap. Komunikasi jarang, keterlibatan
orang tua dalam pendidikannya nyaris nihil, dan kebutuhan afeksi yang dasar pun
tidak terpenuhi. Ia pernah dibully di sekolah—kacamata dirusak, diejek, sepeda
disembunyikan—tetapi semua itu hanya ditampung oleh nenek. Bahkan saat
pengambilan rapor, yang hadir hanya nenek. Pada fase krusial masa remaja, ia
tumbuh dalam sunyi.
Menurut
John Bowlby (1969), kegagalan membentuk kelekatan yang aman (secure
attachment) antara anak dan pengasuh utama dapat menyebabkan gangguan
emosi, kesulitan sosial, dan masalah identitas di masa remaja. Hal inilah yang
mulai tampak pada Derry: menjauh dari rumah, enggan sekolah, asik dengan dunia
maya dengan berbagai komunitas dan konten-konten digital yang destruktif, dan mulai menunjukkan gejala distress
emosional.
Sebagai Pekerja Sosial Medis, saya melihat Derry sebagai representasi dari luka yang
tidak terlihat. Dalam dunia medis, luka seperti ini sering terlewat karena
tidak meninggalkan bekas fisik. Padahal, efek jangka panjangnya bisa jauh lebih
serius.
Menyembuhkan Sistem, Bukan Sekedar Individu
Sebagai
bagian dari tim profesional pemberi asuhan (PPA), pekerja sosial medis memiliki
posisi penting dalam menjembatani proses pemulihan non-medis yang krusial.
Dalam kasus Derry, kami tidak hanya mencatat riwayat keluarga, tapi juga
mendalami pola interaksi yang membentuk luka emosionalnya.
Berdasarkan
literatur pekerjaan sosial keluarga, pemulihan hubungan antara anak dan orang
tua memerlukan pendekatan sistemik dan trauma-informed care (Green,
McAuley & Melville, 2020). Pendekatan ini menjadi dasar intervensi pekerja
sosial medis untuk tidak hanya fokus pada masalah perilaku individu, tetapi
juga pada jaringan relasi yang mungkin berkontribusi terhadap trauma serta
bagaimana sistem dapat menjadi bagian dari penyembuhan.
Dalam intervensi, Derry tidak
serta-merta hanya “disembuhkan” secara individu. Melainkan relasi dengan orang tua juga harus ikut
dipulihkan. Karena itulah, Tim PPA memfasilitasi family meeting dan memberikan
sesi edukasi parenting. Dalam proses tersebut, pekerja sosial medis menekankan
bahwa niat “menebus kesalahan” tidak cukup jika tidak dibarengi dengan
perubahan nyata: kemampuan mendengarkan, hadir secara emosional, dan
menghindari pengulangan pola pengasuhan yang melukai.
Menurut
WHO (2021), kurangnya dukungan emosional dari keluarga dan minimnya
keterhubungan sosial merupakan faktor risiko signifikan dalam meningkatnya
gangguan kesehatan mental pada remaja. Oleh karena itu, pekerja sosial medis
tidak bisa hanya bertugas menyusun laporan tetapi sebagai penghubung antara
dimensi medis dan sosial, antara luka dan pemulihan, antara sistem dan
individu.
Jembatan yang Tak Tampak,
Namun Bermakna
Setiap
anak yang tampak “bermasalah” sesungguhnya sedang menyuarakan kebutuhan yang
tak terpenuhi. Derry mungkin belum siap kembali ke sekolah, mungkin masih
menyimpan marah kepada orang tua. Tapi ia mulai punya tempat untuk
membicarakannya. Itulah langkah pertama menuju pemulihan.
Pekerja Sosial Medis bukan sekadar profesi birokratis. Pekerja Sosial Medis adalah
jembatan antara anak dan keluarganya, antara pasien dan tim klinis, antara
trauma dan kemungkinan pulih. Ketika sistem layanan kesehatan menyadari
pentingnya dimensi relasional dalam pemulihan, maka posisi Pekerja Sosial Medis tidak lagi menjadi pelengkap—melainkan poros penting dalam integrasi layanan.
Referensi
- Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss:
Volume I. Attachment. London: Hogarth Press.
- Green, L.,
McAuley, C., & Melville, S. (2020). Child and Family
Social Work: Reclaiming Social Work in Mental Health Practice.
Routledge.
- World Health Organization. (2021). Adolescent
mental health. Retrieved from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health
