Pekerja Sosial Medis : Terminal Illness, Apa dan bagaimana cara menghadapinya?

 


Terminal Illness: Apa dan bagaimana cara menghadapinya?

Virolia Pramadita Putri, S.Tr.Sos


Kehidupan yang kita jalani terkadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Bisa saja kita tiba-tiba dihadapkan pada kondisi sakit yang ternyata tidak bisa disembuhkan. Realita ini terasa sulit untuk kita terima, tidak pernah terbayang bagaimana harus menghadapinya. 

Apa Itu Terminal Illness atau Penyakit Terminal?

Terminal Illness atau penyakit terminal adalah penyakit yang progresif dan tidak dapat dihentikan atau disembuhkan. Contoh umumnya termasuk beberapa jenis kanker lanjut, sirosis hati lanjut, gagal ginjal lanjut, demensia, gagal jantung tahap akhir, penyakit paru obstruktif kronis, dan penyakit Alzheimer tahap lanjut. Ketika seseorang terdiagnosa terminal illness atau penyakit terminal maka akan berakibat besar pada kondisi fisik, psikologis, sosial dan spiritual dari orang tersebut dan juga keluarganya. 

Proses penerimaan diagnosa Terminal Illness atau Penyakit Terminal

Menerima kabar bahwa diri sendiri atau orang yang dicintai menderita terminal illness atau penyakit terminal sering kali menimbulkan gelombang emosi yang kompleks, mulai dari penyangkalan dan marah hingga akhirnya penerimaan. Proses penerimaan diagnosa ini dapat digambarkan dengan tahapan berduka dari Elisabeth Kübler-Ross, sebagai berikut ini:

1. Penyangkalan (Denial): Tahap awal ini ditandai dengan ketidakpercayaan atau penolakan terhadap realitas yang ada. Seseorang mungkin merasa kaget atau tidak dapat mempercayai bahwa dirinya atau orang yang tersayang telah terdiagnosa terminal illness atau penyakit terminal. Mereka mengalami kesulitan untuk mencerna realita yang ada karena semua terasa begitu tiba-tiba. 

2. Kemarahan (Anger): Saat realita tidak dapat diubah sesuai dengan keinginan kita dan diagnosa terminal illness atau penyakit terminal itu tetap ada maka kita akan memasuki tahapan selanjutnya yaitu kemarahan.Tahapan ini ditandai dengan adanya rasa kemarahan pada orang lain, diri sendiri, objek yang tidak hidup atau bahkan kepada Tuhan. Kemarahan ini sering kali mencerminkan rasa sakit dan ketidakberdayaan. Ini bisa berupa “Kenapa harus saya? Kenapa bukan orang lain?”.

3. Tawar-menawar (Bargaining): Pada tahapan ini kita akan mencoba untuk menegosiasikan atau membuat kesepakatan dengan Tuhan bahkan dengan diri sendiri, dengan harapan dapat mengembalikan keadaan seperti sebelum mendapatkan diagnosa. Ini bisa berupa “Tuhan aku akan lebih sering beribadah selama aku diberikan kesehatan seperti semula” atau dapat berupa pengandaian seperti pikiran "jika saja" atau "bagaimana jika".

4. Depresi (Depression): Tahapan ini dapat ditandai dengan adanya kesedihan mendalam, putus asa, kelelahan, atau kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya dinikmati. Sebetulnya ini adalah respon yang wajar ketika menerima diagnosa, tetapi jika tidak dapat diatasi maka akan berlarut-larut dan mengganggu kehidupan sehari-hari. 

5. Penerimaan (Acceptance): Pada tahap ini kita akan mulai menerima terhadap kenyataan yang ada dan fakta bahwa kehidupan harus berlanjut. Kita mungkin mulai beradaptasi dengan kehidupan baru dan belajar hidup berdampingan dengan diagnosa terminall illness atau penyakit terminal yang kita alami. Pada tahapan ini biasanya kita akan lebih mudah menerima saran akan proses pengobatan dan dapat menentukan jenis pengobatan yang akan kita jalani.

Proses menerima diagnosa ini tidak berjalan linear (sama persis sesuai dengan tahapannya), mungkin saja kita mengalami tahapan ini secara maju-mundur, mengalami beberapa tahapan secara bersamaan atau bahkan hanya mengalami beberapa dari tahapan di atas. Semua hal ini wajar dan proses menerima diagnosa terminall illness ataau penyakit terminal adalah sebuah proses yang unik dan sangat pribadi untuk setiap individunya. 

Bagaimana cara menghadapinya?

Menghadapi penyakit terminal bisa menjadi salah satu pengalaman yang paling menantang dalam hidup, baik untuk pasien maupun untuk keluarga dan teman-teman mereka. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu dalam menghadapi situasi ini:

Untuk Pasien:


1 Komunikasi Terbuka - Berbicara secara terbuka dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya tentang keinginan dan kebutuhan Anda. - Membicarakan perasaan dan kekhawatiran dengan keluarga dan teman. 2. Rencana Akhir Hidup - Mempertimbangkan untuk membuat atau memperbarui wasiat dan dokumen perencanaan akhir hidup lainnya. - Mendiskusikan keinginan terkait perawatan akhir hayat dengan keluarga dan tim kesehatan. 3. Dukungan Emosional dan Spiritual - Menjalin komunikasi dengan pekerja sosial/psikolog/psikiater yang mendampingi dan kepada ustad/pendeta/tokoh agama, atau dukungan spiritual lainnya. - Berpartisipasi dalam kelompok dukungan sosial (support group) atau terapi untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang berada dalam situasi serupa. 4. Aktivitas yang Memberi Makna - Terus melakukan aktivitas yang disukai sebisa mungkin. - Membuat kenangan dengan keluarga dan teman. Untuk Keluarga dan Caregiver:
1. Edukasi Diri - Mempelajari tentang penyakit dan apa yang diharapkan dapat membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. - Mengikuti pelatihan atau workshop untuk caregiver, jika tersedia. 2. Terima Dukungan Medis yang Sesuai
- Berkonsultasi dengan dokter tentang perawatan paliatif untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup. - Pertimbangkan hospice (jika ada) untuk mendapatkan dukungan komprehensif di akhir hayat. Dukungan Emosional - Mendapatkan dukungan emosional untuk diri sendiri, baik melalui konseling, kelompok dukungan (support group), atau percakapan dengan teman dan keluarga. - Menerima setiap emosi yang hadir seperti kesedihan, marah, atau kelelahan. 3. Jaga Kesehatan Diri - Menjaga kesehatan fisik dan mental sendiri sangat penting. Istirahat yang cukup, makanan bergizi, dan waktu untuk bersantai atau hobi bisa membantu. - Jangan ragu untuk meminta bantuan atau menjadwalkan waktu istirahat. 4. Komunikasi dengan Pasien - Berbicara dengan terbuka dan jujur, tetapi juga sensitif terhadap emosi dan kebutuhan pasien. - Mendengarkan apa yang diinginkan pasien dan menghormati keputusan mereka. 5. Persiapan Akhir Hidup - Membantu pasien dalam mengatur urusan akhir hidup mereka, termasuk dokumen hukum dan keinginan mereka terkait perawatan akhir hayat. - Memahami dan menghormati keinginan pasien mengenai perawatan dan proses kematian.

Kesimpulan

Menghadapi penyakit terminal bukanlah perjalanan yang mudah. Ini adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan emosional dan keputusan sulit. Namun, dengan perawatan yang tepat, dukungan yang kuat, dan komunikasi terbuka, pasien dan keluarga dapat menemukan kekuatan untuk menavigasi masa-masa sulit ini dengan martabat dan kasih sayang. Di tengah kesulitan, seringkali ada pelajaran tentang keberanian, cinta, dan kekuatan manusia yang luar biasa. Kita harus yakin jika kita bisa melewatinya. 

Sumber: 

https://www.mariecurie.org.uk/help/support/terminal-illness/preparing/what-to-expect

Jeff C. Huffman, M.D. and Theodore A. Stern, M.D. Compassionate Care of the Terminally Ill. National Library of Medicine. 2003

Kubler-Ross E. On Death and Dying. New York, NY: Simon and Schuster. 1969 [Google Scholar]


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama